Sabtu, 18 April 2015

Dear My Dear Blog

First lets do it my way or i call 'cool'; i'm sorry for abandoning you for quite a time, i left you hanging for several months and left you in such a blank spaces for several monthly archived. So what the hell is wrong? alirght explanation ahead.

Now, lets do it the traditional way; Wah, beberapa bulan blog dianggurin, alhasil 3 bulan berturut-turut arsip blong dan kosong, disayangkan memang, terlalu banyak hal untuk dibagi kadang malah jadi bingung dan gatau harus mulai dari mana, dan kebanyakan 'pembatas' atas eksplorasi diri terhadap suatu postingan lebih parahnya membuat blog ini terasa semakin tenggelam, usang, membosankan dan kaku.

Last, the so cool way; Hello guys! udah lama nih gue gak update blog gara-gara sibuk gituh. Banyak sebenernya materi dan bahan buat dibikin postingan cuma gue gatau kenapa kemaren-kemaren malah jadi berasa males buat ngurus ni anak satu. Entahlah, rasanya ini blog bukan gue banget! Sekilas, kalo liat orang ngeblog post ini itu, cerita ini itu panjang lebar, bisaan banget ya lah gue mau cerita lebar dikit aja susahnya minta ampun, ni otak gue gak ngasih ruang buat gue terbuka, dikit aja gitu. So, gara-gara nya gue jadi lebih aktif dan mencurahkan jiwa rasa di tempat laen, di tumblr gue. So damn hufness tapi ya at least gue comeback!

So, the explanation goes to 'self expression' and 'self boundary'. To do whatever i'm used to do here feels so out of myself. Blogging and being blogger is all about sharing and open some covered part of a human then give it to the world BUT in a concrete and narrative way. But the way i write is the opposite, i am a bloody faker that give story in an obscure writing and made it melancholic and bloody poetic.

Did i make 'blogging' as minimize as i earlier said that blogging is about being clear, to the point and story in narrative. Probably! For the sake of god forgive me for being so small and discriminative about whatever it is i said, but just to be honest i have for like still uncounted but i'm sure its qute many pieces of writing that i worte but they go nowhere but stay safe or imprisoned indise my hard drive within numbers of .txt files and some are on my three note books for real, whatever! im back for good!.

Rabu, 26 November 2014

Cinema In October 2014



Lets make it short! last month, which is October i went to cinema for twice watching first, Annabelle and then the second is Dracula Untold. It was October, it supposed to be the month where horror and thriller films were dominated as we always know that October is perfect time for it, its Halloween and films studios spread out their horror-thriller film that month. But poor here, the only one cinema seemed kind of unsupported that. So, big hit last month was only Annabelle.

Annabelle, as we all do know it was in the family of Conjuring film, set as a spin off focused in that creepy as hell doll named Annabelle. The film was absolutely success, success in haunting viewers. But overall, it was a disappointment, the film was being produced as its root story The Conjuring was a smash hit in 2013 both critically and commercially, but this one Annabelle film couldn't get what The Conjuring was all about besides that intense head breaker sound fx and cheap jump scares. Review here.

The second was Dracula Untold, another bloodsucker saga staring Luke Evans. Well, to be honest this was actually a film that i didn't plan to watch but better be this one than nothing haha. But luckily i wasn't really had that smile satisfiedly out from studio, well the film is just like that. I mean i has nothing special but a better background of that monster but well, thats not bad either. I think that wasn't kind of film i would go to see in cinemas next time, LOL.

Predestination: A Fizzle Bomber's Paradox Life



Fictional story of time travel has been such a thing in films’ plot story, a contradiction which leads into a complicated time loops that sometime and some viewers may have a little bit wondering in understanding.

Predestination, film Australia yang diproduksi di kota Melbourne namun mengambil set kota New York tahun 60-70an, mengambil sub tema time travel film fiksi ilmiah garapan sutradara Peter Spierig dan Michael Spierig ini merupakan film yang diadaptasi berdasarkan sebuah cerita pendek milik Robert A. Heinlein berjudul "--All You Zombies--".

Setelah Daybreakers, Ethan Hawk kembali digaet oleh Spierig bersaudara untuk menjadi tokoh sentral dalam film ini, namun bukan untuk menjadi seorang vampire melainkan seoran temporal agent yang bertugas untuk “reshaping the wrongdoings” lewat penemuan mesin waktu yang secara misterius berada dalam naungan Mr. Robertson yang secara sleek diperankan oleh Noah Taylor. Selain itu film ini disebut sebagai sebuah breakout performance dari bintang horror Jessabele, Sarah Snook. Perannya sebagai seorang hermaprodit sangat mencuri spotlight dalam film ini.

Review
Mengangkat tema time travel, Predestination menyuguhkan satu tontonan dengan atribut yang mungkin sedikit membingungkan, at least for some viewers. Film ini menyatukan kombinasi cerita fiksi mesin waktu yang dibumbui dengan konsep perpetual story yang membuatnya sangat scientific namun dibahas dalam nada paradox yang tetap membuatnya terlihat fiksi. Diibaratkan sebagai Capillary Bowl nya Robert Boyle, film ini menampilkan satu ulangan waktu yang terbentuk menjadi sebuah siklus. “A snake that eats its own tail”. Sekilas dan secara keseluruhan mengingatkan pada 2012 Time Travel Saga, Looper. Film fiksi ilmiah dengan tema kriminalitas dengan adegan thriller dan suspense yang menjadi penguat cita rasa Predestination.

Predestination mengambil setting waktu antara tahun 1945 sampai 1993, range dekade yang cukup lebar ini mampu ditampilkan dengan sukses dalam tatanan production design yang khas dan bercita rasa sendiri pada tiap perbedaan waktunya. Terlebih, pusat pelatihan Space Corp yang mengambil set waktu tahun 70an menampilkan tema biru-putih yang mungkin terlihat bright light namun masih memiliki nuansa vintage yang tetap me70s kannya. Setingan bar di tahun 60an akhir juga merupakan satu bentuk visual sukses merepresentasikan masanya. Tatanan kostum juga merupakan hal vital yang juga sukses membuat Predestinantion sebagai sebuah film lintas dekade.

Scoring music, yang dari awal hingga akhir secara konsisten dan intense bernuasa “tergesa-gesa” dengan alunan beating drum dan denting jarum jam sangat pas dengan tema mesin waktu yang merepresentasikan waktu itu sendiri dan sangat membantu dalam membangun suasana pengeksekusian sebuah misi. Disisi lain, juga menciptakan sisi emosi dan dramatis yang membuat beberapa adegan tetap terasa suspensionnya namun dengan emosi melankolik dalam dramatisasinya.

Pengeksekusian karakter dari 3 tokoh sentral, Ethan Hawk, Sarah Snook dan Noah Taylor merupakan satu kombinasi permainan karakter yang masing-masing memainkan jiwa karakternya. Sarah Snook jelas memberikan satu ‘pengalihan’ dengan acting memukaunya namun Ethan Hawk juga tidak bisa dibilang biasa saja. Dan Noah Taylor, berhasil menjadi karakter yang tetap misterius namun masih memperlihatkan bahwa ialah yang menjadi otak dibalik semua cerita ini. Dan satu hal menarik tentang Predestination dan setiap karakternya adalah ada banyak ungkapan dikutipkan yang disispkan dalam naskah dialog namun dengan cerdik sebenarnya disembunyikan. Karena beberapa kutipan tersebut merupakan kunci dari cerita film secara keseluruhan.

Film’s Wrap Up
For spoilers!!!, predestinantion mengungkapkan kesimpulannya pada beberapa menit sebelum film usai. Bagi beberapa orang mungkin masih belum dengan mudah dimengerti, namun film ini berjalan pada timeline yang berputar dimana karakter Sarah Snook adalah versi mudanya karakter Ethan Hawk. Perkataan bahwa mereka tidak memiliki masa lalu, keluarga dan masa depan adalah karena mereka berasal dari satu jiwa yang sama. Adegan dimana Ethan Hawk berada di bar dan mengobrol dengan versi pria Sarah Snook merupakan upaya dia untuk mereset atau mengulang misinya yang belum berhasil mengungkap tentang ‘Frizzle Bomber’. Secara singkat, ia mengajak kembali versi muda (Sarah Snook) ke masa dimana ia masih menjadi wanita, disana secara jelas diperlihatkan bahwa ketiga karakter tersebut adalah sama namun dari tiga waktu yang berbeda. Dari sanalah ia mengirim kembali Sarah Snook ke masa mendatang untuk kembali memulai dari awal tugas nya. END!.

In the end, Predestination merupakan sebuah film yang membuat penontonnya menikmati satu adegan film bertema time-looping namun secara bersamaan menuntut mereka untuk berjibaku dengan teori-teori fisika yang sebenarnya disanalah cerita film ini berada. 85% Satisfying film!

Kamis, 20 November 2014

D'Wendis: A Sweet Disposition



Hey, i don't know how to start this up but i'm going to talk about culinary yihaaa. This is the first time actually, i never brought anything about places to eat here before, ended up in my blog but right now lets do it because we are now living in a generation where before we start eating foods or long before we even pray for it first we take a snap of it and moment after finished eating eat we talk about it. Alright, lets sum it up!

Tempat yang akan kita bicarakan bernama D'Wendis. Ini tempat makannya berlokasi ditasik ya, tepatnya di Jalan Galunggung tepat di belokan yang ke Jalan Selodrama. Buat orang-orang gawol disekitaran sini sepertinya tempat ini sudahlah tidak asing karena memang suda cukup lama mengudara (cieyh mengudara senah) bahkan sudah buka satu cabang lagi di BKR (tapi entah kenapa setiap lewat tutup mulu). Ok, D'Wendis ini adalah sebuah snack house dengan ciri khasnya "Martabak Eskrim", Martabak dengan toping macam-macam diatasnya dibubuhi sebongka h eskrim. Tidak terlalu unik memang tapi juga tidak biasa. Bagi penyuka makanan yang manis-manis ini merupakan tempat yang cocok dan wajib dicoba, apalgi penggila eskrim (me included) highly recommended lah! Menurut lidah pribadi ane, enak. Berapa enak? ratusaaaan.

Favorites
Jelas ya, eskrim dan martabaknya itu harus dicoba terlebih dahulu, selain karena memang itu menu andalannya juga karena itu tuh bikin lidah kita loncat-loncat kemanisan hehe. Intinya, martabak eskrim nya recommended! Sedikit masukan aja, jadi di menunya itu kita bisa pesan martabak eskrim (martabak dan sudah ada eskrim nongol diatasnya) maupun a la carte, martabaknya doang, atau eskrim nya doang nah yang seru tuh pesen martabak originalnya sesuai rasa favorit kalian, lalu pesen eksrim nya lagi terpisan sesuai selera kalian tapi makannya sama-sama barengan. Sama sama tastes like heaven!

Oh ya, selain light meal martabak dan eskrim juga ada makanan lainnya yang asin, ada Sosis Bakar, Kentang Goreng, Makaroni Mabasa sampai makanan berat macam Nasi Goreng, Baso Goang, Mie Goreng dll. So, martabaknya itu bisa ditempatkan sebagai snack kalo buat yang cuma pengen ngemil atau sebagai dessert buat yang sambil makan berat (tapi aselinya, menurut pengalaman itu kenyang sekali).

Soal tempat, lokasi sudah jelas berada diarea downtown tasik, so lumayan ditengah-tengah lah easy access intinya! banyak jalan tikus kalo yang belon mengantongi sim haha. Untuk venue nya bisa dibilang nyaman menawarkan tiga macam tempat bisa di saung bambu, di tenda biru (gak warna biru juga si hehe) atau di indoor dalam ruangan dan kesemuanya itu lesehan. Tapi insyalloh bersih dan nyaman. Untuk pelayanan nya, standar aja si namun masih acceptable, ramah lah yah. Oh iya untuk parkir, dipinggir jalan si (lah iya, masa di tengah jalan!) biasa ada penjaganya kecuali jam 9 malem kesana, gratis.

Di Fix Atulah
Sedikit warning, disana gak menyediakan tissue on table. Untuk daftar menu tidak dilengkapi dengan harga. Masalah sepele si, tapi untuk beberapa orang kek gue ni berasa buta aja gitu lihat daftar menu dengan gambar-gambar menggodah tapi pricenya gak ada, so (sok) misterius kan. Kemudian masalah payment, masih manual dengan teteh kasir yang itu (yang mana? yang manis lah :D), kalo manualnya si oke aja cuman itu gak dikasih struk pembayaran. Masalah sepele juga, tapi saya personally struk itu essential lo dalam hal jual beli. Sebagai dokumentasi pembeli.

Soal makanan, belum nyoba semua si tapi yang udah dicoba dan lidah berkata (uhhh, wringkle my forehead). Kentng dan Sosis gorengnya agak berasa aneh, lebih ke tidak enak. Sama satu lagi, Hot Chocolate nya agak mirip kopi gitu. Kurang tau juga jenis cokelatnya apa tapi buat saya pribadi aga aneh. Yang laennya you guys just try out yourself :)

Detail
D'Wendis | Jl. Galunggung No. 34 | Twitter : dwendis | Home Address : dwendis | Contact: 081214730990 / 082121673839, 21196C5B | Open Hours: 12.00 - 22.00 |

Jumat, 14 November 2014

These Final Hours: A Dramatic And Chaotic Earth's Final Hours



Ketika satu bencana besar datang dan akan menghancurkan seluruh isi planet bumi apa yang mungkin orang akan lakukan ketika jam-jam terakhirnya? Could be anything. That's what "These Final Hours" story about, tentang kegetiran jam-jam terakhir sebelum planet bumi hancur, a total apocalypse. Ketika manusia berusaha meluapkan apapun yang ingin ia lakukan sebelum kehancuran datang, ketika sebagian menghadapinya dengan tangan terbuka, sebagian memilih tak melakukan apapun, sebagian memilih berpesta ria dan tak banyak yang memilih menyerah lebih awal, namun satu yang menyamakan kesemua manusia itu, yakni desperation.

These Final Hours merupakan film garapan sutradara Zak Hilditich yang tayang perdana pada 2013 lalu di Melbourne International Film Festival, dan theatrical release pada Juli tahun 2014 di Australia. Selain itu film ini discreening pada  ajang Cannes Film Festival pada bagian Directors' Fortnight Section 

One bloody thing about this film is that, if you are stranger to aussie accent you'll find such a cumbersome in getting what they really say, because its like they talk something so extremely shorter than what it is usually spoken in american, or british instead. Poor this film, there's still no Indonesia and even english subtitle uploaded. So as of now, you have to watch it subsless.

Films Wrap Up


These Final Hours sebuah film dengan basic story nya drama namun dibumbui dengan segala jenis rasa mulai dari scicence fiction apocalyptic nya sebagai latar belakang, thriller survival sebagai penguat emosi penonton dan sebuah romansa cinta di ujung waktu dunia sebagai benang merahnya. "I'm here!" film yang menampilkan cerita tentang seorang pria James (diperankan Nathan Phillips) tentang jam-jam terakhirnya di planet bumi yang harus bertarung dengan waktu dan kekacauan untuk menlong Rose (Angourie Rice) seorang anak kecil yang tak sengaja ia selamatkan dalam perjalanan untuk mengantarkannya pada sang ayah namun juga sebuah gejolak dalam dirinya (James) bertanya-tanya, where does he actually belong in this final hours of earth? or whom precisely.

Sebuah film yang politically clean, yang akan mengingatkan penonton pada beberapa nama besar blockbuster hollywood bertemakan sama, sebut saja Armageddon dan Deep Impact. Dan film "These Final Hours" ini seperti sebuah extended version dari pada climax film-film tersebut karena ceritanya yang langsung menusuk pada titik dimana manusia sudah harus dipaksa menyerah dengan meninggalkan penjelasan ilmiah sebagai sebabnya. Film yang kalau dipikir secara liar, akan mengingatkan kita pada beberapa kasus dan bagian dengan film serupa. Misal, untuk thrillernya seperti sebuah day version of The Purge, dan keputusasaannya seperti sebuah outdoor version of The Divide. Especially for the ending, its a total reminiscent of Deep Impact.Bukan maksud dibanding-bandingkan, hanya saja film ini benar-benar memiliki emosi kuat yang meramu semua kemungkinan rasa yang timbul dalam sebuah film yang bercerita tentang akhir dunia. Sedikit trivia, buat orang-orang yang gemar musik dance dan electronic semisal garapan Calvin Harris, David Guetta dan Zedd di bagian awal dan akhir film akan sedikit terasa seperti sebuah video klip musik, If you know, its like Guetta's Without You, Zedd's Find You dan/atau Calvin Harris' Under Control.

These Final Hours, sebuah film yang menampilkan sisi dramatic dan chaotic sebelum kehancuran bumi diracik dengan sederhana namun tidak kehilangan kemegahannya, membawa emosi penonton kedalam setiap alur ceritanya, scoring musik yang mendukung dan tidak berlebihan serta tone gambar yang bernuansa panas dan gerah semuanya menjadikan These Final Hours sebagai tontonan yang menghibur namun juga sekaligus menggusur. Menggusur penonton masuk ke dalam atmosfir filmnya. Film yang secara konsisten hanya mengambil lokasi di sebuah komplek suburbia di pesisir pantai Pert Australia ini mampu menampilkan cerita secara global sekaligus menjadikannya mudah bagi penonton masuk kedalam ceritanya, so easily and logically relatable.

This film is literally science fiction, but obviously a dramatic and realistic possibility about human's desperation. Worth to watch terutama di jam-jam hening. 85% fresh for your viewing pleasure. And Last, adult content and violence are things that you have to be awared of.

Kamis, 13 November 2014

#Instacool, Because Instagram Makes Everything Look Cool



Hello my fellow readers, siapa yang dijaman sekarang ini yang tidak menggunakan smartphone? some people probably have not. But here i'm not gonna talk about smartphone and its so called smart users, tapi sekarang hendak ngobrolin tentang fitur didalamnya, yang kata orang bilang bikin para penggunanya eksis. Yap, its instagram. Aplikasi berplatform android, ios dan windows ini kini menjadi aplikasi sosial media photo sharing paling populer sedunia. Aplikasi dengan tampilan GUI yang sederhana dan fitur yang tidak terlalu jelimet ini kini sudah digunakan oleh berbagai kalangan diseluruh dunia, mulai dari kalangan biasa, selebritis sampai ibu negara haha. Kontennya pun kini tak hanya sekedar foto-foto narsis melulu, tapi semakin bervariasi mulai dari kuliner, tempat wisata, kutipan-kutipan, meme-meme lucu, barang dagangan dan untuk sebagian kalangan misal seniman, fotografer dan bloger dijadikan tempat untuk menyebarkan hasil karyanya. Ditambah lagi dengan fitur untuk mengupload video berduarsi tak lebih dari 15 detik, kini instagram sudah layaknya cctv yang siap mengcapture segala titik di seluruh penjuru dunia.

Now, the question is: so what i'm gonna do now about it, about instagram? beberapa post beberapa waktu yang lalu, kalo judulnya instagram isinya tuh promosi! supaya orang orang follow ig gue, lah sekarang masih sama mau promosi juga tapi bukan punya gue (bae bener) haha. I don't know, i think that instagram has right to be called as current coolest app, and sometime i could spend hours hanging there, stalking someone's profile, looking for insipiration and its not a few that i got my eyes fully enchanted by some of the pages i looked up. So, i plan to post someone's profile which i have previewed it first, then if i think its cool and so inspiring and also worth followed, i'm going to #InstaCool it here. Is it ok? I wish it was, but just in case someday I post about your instagram and you feel a little bit uncomfortable about it, i openly welcome every reports and complain. But above all, there is no bad motives behind it, i just want to tell readers that "hey, this ig account is cool! you might wanna check out". That's it!

Film To Watch: A Girl Walks Home Alone At Night



"Hollywood is a symbol of blockbuster films, good films can come from anywhere"

A Persian language feature film which premiered at the 2014 Sundance Film Festival at a program called "Next" which is directed by Ana Lily Amirpour. A Vampire haunted horror-thriller film that's tagged as "The first Iranian vampire Western" and taking place in bizarre future city as "the Iranian ghost town Bad City" depicts the doings of "a lonesome vampire".

Interesting theatrical poster, promising title and worth waiting vampire in hijab(?). First i got my eyes caught in a bright red poster displaying a cartoon of cloaked creature that quite creepy for its simple look, then i got a full present tensed title, with A Girl as subject, Walks Home as verbs, Alone At Night as compliment. And last, i got a woman in hijab plays a character as a lonesome stalker dubbed as vampire. Interesting, promising and worth waiting!

Imdb's summary:
In the Iranian ghost-town Bad City, a place that reeks of death and loneliness, the townspeople are unaware they are being stalked by a lonesome vampire.
Ratings (as of Nov 14) :


 Trailer: